Perkenalkan nama panggilanku Maya.
Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas
III). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm
dan warna kulitku kuning bersih.
Rambutku pendek sebahu, dan dadaku
tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil juga. Sangat proporsional antara
tinggi dan berat badanku. Kata orang-
orang aku sangat cocok untuk seorang
model. Dan aku belum mempunyai
pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara
dan semua perempuan. Kakak-kakakku
semua sudah mempunyai pacar, kecuali
adikku yang paling kecil kelas dua SMP.
Pengalaman ini terjadi sekitar awal
bulan Februari tahun 2001.
Pengalaman ini tidak kukarang sendiri
tapi berdasarkan cerita asli yang
kualami di tahun 2001 ini. Ceritanya
begini. Bermula saat aku berkenalan
dengan seorang cowok, sebut saja
namanya Muki. Orangnya tampan,
tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya
atletis. Pokoknya sesuai dengan pria
idamanku. Perbedaan umur kami
sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus
dari universitas swasta terkenal di
Jakarta. Kami kenalan pada saat aku
sedang mempersiapkan acara untuk
perpisahan kelas III di SMA-ku. SMAku
di kawasan Jakarta Barat. Dan pada
saat itu Muki sedang menemani
adiknya yang kebetulan panitia
perpisahan SMA kami. Pada saat itu
Muki hanya melihat-lihat persiapan
kami dan duduk di ruangan sebelah.
Akhirnya pada saat istirahat siang,
inilah pertama kalinya kami ngobrol-
ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut
kami sempat menukar nomor telepon
rumah. Kira -kira tiga hari kemudian,
Muki menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan
Maya, ini dari Muki.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke
sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin
aku lupa. Hmm, May ada acara nggak
malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Muki mengajakku
keluar malam minggu ini. Padahal
baru beberapa hari ini kenalan tapi dia
sudah berani mengajakku keluar. Ah,
biarlah, cowok ini memang idamanku
kok.
“Hmmm… belum tau, mungkin nggak
ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin
seandainya kamu ngajak keluar, dan
kalo batal acaranya aku bakalan akan
nggak terima telpon kamu lagi,” balasku
lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya
ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-
jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
Kemudian aku memberikan alamat
rumahku di kawasan Maruya. Dan
ternyata rumah Muki tidak begitu jauh
dari rumahku. Ya, untuk seukuran
Jakarta, segala sesuatunya dihitung
dengan waktu bukan jarak.
Tepat hari sabtu sore, Muki datang
dengan kendaraan dan parkir tepat di
depan rumahku. Setelah tiga puluh
menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan
pamitan dengan orang rumah,
akhirnya kami meninggalkan rumah
dan belum tahu mau menuju ke mana.
Di dalam mobil kami berdua, ngobrol
sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba
Muki menghentikan mobilnya tepat di
lapangan tenis yang ada di kawasan
Jakarta Barat.
“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh
aku mencium kamu,” bisik Muki mesra.
“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan
kamu belum tau siapa aku dan aku
belum tau siapa kamu sebenarnya,
jangan-jangan kamu sudah punya
pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah
pasti malam minggu ini aku ke tempat
pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama
kali melihat kamu aku langsung
tertarik.”
Tiba-tiba tangan Muki memegang
tanganku dan meremasnya kuat -
kuat.”Aku juga May, begitu melihat
kamu langsung tertarik.”
Dan Muki menarik tanganku hingga
badanku ikut tertarik, lalu Muki
memelukku erat-erat dan mencium
rambutku hingga telingaku. Aku
merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari
bibir Muki sudah ada di depan mataku.
Dan pelan-pelan Muki mencium
bibirku. Pertama-tama, sempat
kulepaskan. Karena inilah pertama kali
aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa
pikir panjang lagi, aku yang langsung
menarik badan Muki dan mencium
bibirnya. Ciuman Muki sepertinya
sudah ahli sekali dan membuatku begitu
bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh..
betapa nikmatnya malam ini. Dan,
lama-kelamaan tangan Muki mulai
meraba sekitar dadaku.
“Jangan Muk, aku tidak mau secepat
ini, lagi pula kita melakukannya di
depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas
oleh Muki karena aku sudah
mengidam-idamkan dan sudah
membayangkan apa yang akan terjadi
berikutnya.
“May, bagaimana kalau kita nonton
aja. Sekarang masih jam setengah
delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop
kami mencari tempat posisi yang paling
bawah. Muki sepertinya sudah sangat
pengalaman dalam memilih tempat
duduk. Dan begitu film diputar, Muki
langsung melumat bibirku yang tipis.
Lidah kami saling beradu dan aku
membiarkan tangan Muki meraba di
sekitar dadaku. Walaupun masih
ditutupi dengan baju.
Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di
telingaku, “May, kamu membuat
nafsuku naik.”
“Aku juga Muk,” balasku manja.
Dan Muki menarik tanganku dan
mengarahkan tanganku ke arah
penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata
diluar dugaanku, penis Muki sudah
sangat tegang sekali. Dan aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang
pertama kali ini. “Teruskan may, remas
yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak
lama kemudian, tangan Muki sudah
berhasil membuka bajuku. Kebetulan
saat itu aku memakai kemeja kancing
depan. Sehingga tidak terlalu susah
untuk membukanya. Kebetulan aku
memakai BH yang dibuka dari depan.
Akhirnya tangan Muki berhasil
meremas susuku yang baru pertama
kali ini dipegang oleh seseorang yang
baru kukenal. Muki meremasnya
dengan lembut sekali dan sekali-kali
Muki memegang puting susuku yang
sudah keras. “Teruskan Muk, aku enak
sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun
sudah membuka reitsleting celananya,
yang pada saat itu memakai celana
kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi,
tanganku dibimbing Muki untuk
memasuki celana dalam yang
dipakainya. Dan sesaat kemudian aku
sudah meremas-remas penis Muki yang
sangat besar. Kami saling menikmati
keadaan di bioskop waktu itu.
“Teruskan Muk, aku enak sekali..”
Tidak terasa film yang kami tonton
berlalu dengan cepat. Dan akhirnya
kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kita langsung pulang ya May sudah
malam,” pinta Muki.
“Muk, sebenarnya aku belum mau
pulang, lagian biasanya kakak-kakakku
kalau malam mingguan pulangnya jam
11:30 malam, sekarang masih jam
10:15, kita keliling-keliling dulu ya.”
bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali
mengulang apa yang sudah kami
lakukan tadi di dalam bioskop. Namun
rasanya tidak enak bila kukatakan
pada Muki. Mudah-mudahan Muki
mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan
aja, sambil ngeliat orang-orang yang
lagi bingung juga,” balas Muki dengan
nada gembira.
Sampai di senayan, Muki memarkirkan
mobilnya tepat di bawah pohon yang
jauh dari mobil lainnya. Dan setelah
Muki menghentikan mobilnya, tiba-tiba
Muki langsung menarik wajahku dan
mencium bibirku. Kelihatannya Muki
begitu bernafsu melihat bibirku.
Sebenarnya inilah waktu yang
kutunggu-tunggu. Kami saling melumat
bibir dan permainan lidah yang kami
lakukan membuat gairah kami tidak
terbendung lagi.
Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya.
“May, aku ingin mencium susumu,
bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun
aku membuka kancing kemejaku dan
membuka kaitan BH yang kupakai.
Terlihat dua gundukan yang sedang
mekar -mekarnya dan aku
membiarkannya terpandang sangat luas
di depan mata Muki. Dan kulihat Muki
begitu memperhatikan bentuk bulatan
yang ada di depan matanya. Memang
susuku belum begitu tumbuh secara
keseluruhan, tapi aku sudah tidak
sabar lagi untuk dicium oleh seorang
lelaki.
“May, apa ini baru pertama kali ada
yang memegang yang menciumi
susumu,” bisik Muki.
“Iya, Muk, baru kamu yang pertama
kali, aku memberikan ke orang yang
benar -benar aku inginkan,” balasku
manja.
Tak lama kemudian, Muki dengan
lembutnya menciumi susuku dan
memainkan lidahnya di seputar puting
susuku yang sedang keras. Aduh enak
sekali rasanya. Inilah waktu yang
tunggutunggu sejak lama. Nafsuku
langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Muk, teruskan ya…
aku enak sekali..” Dan tanganku pun
dibimbing Muki untuk membuka
reitsleting celananya. Dan aku
membukanya. Kemudian Muki
mengajak pindah tempat duduk dan
kami pun pindah di tempat duduk
belakang. Sepertinya di belakang kami
bisa dengan leluasa saling berpelukan.
Baju kemejaku sudah dilepas oleh Muki
dan yang tertinggal hanya BH yang
masih menggantung di lenganku.
Reitsleting celana Muki sudah terbuka
dan tiba-tiba Muki menurunkan
celananya dan terlihat jelas ada
tonjolan di dalam celana dalam Muki.
Dan Muki menurunkan celana
dalamnya. Terlihat jelas sekali penis
Muki yang besar dan berwarna
kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk
memegang penisnya. Dan aku tidak
melepaskan kesempatan tersebut. Muki
masih terus menjilati susuku dan
sekali-kali Muki menggigit puting
susuku.
“Muk, teruskan ya… jilat aja Muk,
sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang
penis Muki. Dan sepertinya Muki makin
bernafsu dengan permainan seksnya.
Akhirnya Muki sudah tidak tahan lagi.
“May, kamu isap punyaku ya… mau
nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di
mulutmu.”
Sebenarnya aku masih bingung, tapi
karena penasaran apa yang dimaui
Muki, maka aku menurut saja apa
permintaannya. Dan Muki merubah
posisi duduknya, Muki menurunkan
kepalaku hingga aku berhadapan
langsung dengan kepunyaan Muki.
“Muk, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku sudah tidak
tahan..”
Aku langsung mengulum pelan-pelan
kepunyaan Muki. Inilah pertama kali
aku melihat, memegang dan mengisap
dalam satu waktu. Aku menjilati dan
kadang kutarik dalam mulutku
kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati
dengan lidahku. Dan sekali-kali juga
kujilati dan kuisap buah kepunyaan
Muki. Aku memang menikmati yang
namanya penis. Mulai dari atas turun
ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu.
Dan kepala penis kepunyaan Muki aku
jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.
Sekitar lima menit aku menikmati
permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki
menahan kepalaku dan menyuruhku
mengisap lebih kuat. “Terus May,
jangan berhenti, terus isap yang kuat,
aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak
lama setelah itu, Muki mengerang
keenakan dan tanpa sadar, keluar
cairan berwarna putih dari penis Muki.
Apakah ini yang namanya sperma,
pikirku. Dalam keadaan masih keluar,
aku tidak bisa melepaskan penis Muki
dari mulutku, aku terus mengisap dan
menyedot sperma yang keluar dari
penis Muki. Ah… rasa dan aromanya
membuatku ingin terus menikmati yang
namanya sperma. Aku pun tidak bisa
melepaskan kepalaku karena ditahan
oleh Muki. Aku terus melanjutkan
isapanku dan aku hanya bisa
melebarkan mulutmu dan sebagian
cairan yang keluar tertelan di mulutku.
Dan Muki kelihatan sudah enak sekali
dan melepaskan tangannya dari
kepalaku.
“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup
untuk menelan semuanya, karena aku
belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”
Kemudian Muki mengambil cairan
yang terbuang di sekitar penisnya dan
menaruh ke susuku. Aku pun
memperhatikan kelakuan Muki. Dan
Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya
jam sudah tepat jam 11 malam. Dan
aku diantar oleh Muki tepat jam 11
lewat 35 menit. Karena besoknya kami
berjanji akan ketemu lagi. Malamnya
entah mengapa aku sangat sulit sekali
tidur. Karena pengalamanku yang
pertama membuatku penasaran, entah
apa yang akan kulakukan lagi bersama
Muki esoknya.Dan, malam itu aku
masih teringat akan penis Muki yang
besar dan aroma sperma serta ingin
rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin
cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa
malam itu.
Besoknya dengan alasan ada
pertemuan panitia perpisahan, aku
akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya
sesuai jam yang sudah ditentukan,
Muki menjemputku dan Muki
membawaku ke suatu tempat yang
masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita
kencan di mobil lebih bagus kita ke sini
aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu
mau.”
“Entahlah Muk, aku masih takut tempat
seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar
dari mobil. Kita langsung menuju
kamar yang kita pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami
keluar, dan di garasi itu hanya ada satu
pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke
kamar. Benar dugaanku. Pintu itu
menuju ke kamar yang sudah dingin
dan nyaman sekali, tidak seperti yang
kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil,
kamar mandi dengan shower, dan TV
21, dan tempat tidur untuk kapasitas
dua orang.
“Maya, kita santai di sini aja ya…
mungkin sampai sore atau kita pulang
setelah magrib nanti, kamu mau..”
pinta Muki.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”
Setelah makan siang, kami ngobrol-
ngobrol dan Muki membaringkan
badanku di tempat tidur. “May, kamu
mau kan melakukannya sekali lagi
untukku.” Aku setuju. Sebenarnya
inilah yang membuatku berpikir
malamnya apa yang akan kami
lakukan berikutnya. Muki berdiri di
depanku, dan melepaskan kancing
kemejanya satu persatu, dan membuka
celana panjang yang dipakainya.
Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih
jelas lagi kepunyaan Muki daripada
malam kemarin. Ternyata kepunyaan
Muki lebih besar dari yang
kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki
sudah terlihat bugil di depanku. Muki
memelukku erat-erat dan
membangunkanku dari tempat tidur.
Sambil mencium bibirku, Muki
menarik ke atas baju kaos ketat yang
kupakai. Dan memelukku sambil
melepaskan ikatan BH yang kupakai.
Dan pelan-pelan tangan Muki mengelus
susuku yang sudah keras. Dan lama -
kelamaan tangan Muki sudah mencapai
reitstleting celanaku dan membuka
celanaku. Dan menurunkan celana
dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan
Muki jongkok tepat di depan vaginaku.
Muki memandangku dari arah bawah.
Sambil tangannya memeluk pahaku.
“May, bodi kamu bagus sekali.”
Muki sekali lagi memperhatikan bulu-
bulu yang tidak terlalu lebat dan
menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu
hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Muk, aku tidak peduli
tentang perawanku, aku ingin
menikmati hari ini, denganmu berdua,
dan aku kepengen sekali melakukannya
denganmu..”
Akhirnya aku pasrah apa yang
dilakukan oleh Muki. Kemudian Muki
meniduriku yang sudah tidak memakai
apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama
bugil. Dan tidak ada batasan lagi
antara kami. Muki bebas menciumiku
dan aku juga bebas menciumi Muki.
Kami melakukannya sama-sama
dengan nafsu kami yang sangat besar.
Baru pertama kali ini aku
melakukannya seperti hubungan suami
istri. Muki menciumi seluruh tubuhku
mulai dari atas turun ke bawah. Begitu
bibir Muki sampai di vaginaku yang
sudah sangat basah, terasa olehku Muki
membuka lebar vaginaku dengan jari-
jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya
aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan
dari dulu. Ternyata Muki sudah
menjilati klitorisku yang panjang dan
lebar. Dengan permainan lidahnya di
vaginaku dan tangan Muki sambil
meremas susuku dan memainkan
putingku, aku rasanya sudah sangat
enak sekali. Sepertinya tidak kusia-
siakan kenikmatan ini tiap detik. Muki
sekali-kali memasukan jarinya ke
vaginaku dan memasukkan lidahnya ke
vaginaku.
Akhirnya dengan nafsu yang sudah
tidak bisa kutahan lagi, kukatakan
pada Muki. “Muk, masukkan punyamu
ke punyaku ya… masukannya pelan -
pelan,” pintaku. Muki lalu bangkit dari
arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“May, kamu sudah siap aku masukkan,
apa kamu tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku
sudah siap melakukannya.”Lalu Muki
melebarkan kakiku dan terlihat jelas
sekali punya Muki yang sangat besar
sudah siap-siap untuk masuk ke
punyaku. Vaginaku sudah basah sekali.
Dan kubimbing penis Muki agar tepat
masuk di lubang vaginaku. Pertama-
tama memang agak sakit, tapi punyaku
sepertinya sudah tidak terasa lagi akan
sakit yang ada, lebih banyak
nikmatnya yang kurasakan. Dengan
dorongan pelan dan pelan sekali,
akhirnya punya Muki berhasil masuk
ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding
vaginaku penuh dengan penis besar
kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan
dan dorongan yang sangat keras dari
penis Muki, membuat hari itu aku
sudah tidak perawan lagi. Muki
membisikkan sesuatu di telingaku,
“May, kamu sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas
dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku
enak sekali..” Dengan posisi aku di
bawah, Muki di atas, kami
melakukannya lama sekali. Muki terus
menciumi susuku yang sudah keras,
penis Muki masih terbenam di
vaginaku. Akhirnya puncak
kenikmatanku yang pertama keluar
juga.
“Muki sepertinya aku sudah tidak tahan
lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan
melepaskan punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh…
aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar..
keluar Muk..enaak sekali, jangan
berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..”
Pada saat orgasme yang pertama, Muki
langsung menciumi bibirku. Oh… benar
-benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan
punya Muki dan aku masih memeluk
badan Muki. Walaupun udara di kamar
itu sangat dingin, tapi hawa yang kami
keluarkan mengalahkan udara dingin.
“May, aku masih mau lagi, tidak akan
kulepaskan… sekarang aku mau posisi
enam sembilan. Kamu isap punyaku
dan aku isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam
sembilan. Muki bisa sangat jelas
mengisap punyaku. Dan kelihatan
kliotorisku yang sangat besar dan
panjang.
“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Muk, aku ingin
mengeluarkan sekali lagi dan berkali-
kali.”
Aku terus mengisap punya Muki
sementara Muki terus menjilati
vaginaku dan kami
melakukannyasangat lama sekali. Penis
Muki yang sudah sangat keras sekali
membuatku bernafsu untuk
melawannya. Dan permainan mulut
Muki di vaginaku juga membuatku
benar-benar terangsang dan sepertinya
saat-saat seperti ini tidak ingin
kuakhiri.
“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak
tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku juga mau
keluar..”
Tiba-tiba Muki langsung merubah
posisi. Aku di bawah dan dia di atas.
Dengan cepat Muki melebarkan kakiku,
dan oh.. ternyata Muki ingin
memasukkan penisnya ke vaginaku.
Dan sekali lagi Muki memasukkan
penisnya ke vaginaku. Walaupun
masih agak sulit, tapi akhirnya lorong
kenikmatanku dapat dimasuki oleh
penis Muki yang besar.
“Dorong yang keras Muk, lebih keras
lagi,” desahku. Muki menggoyangan
badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, seperti itu… terus…
aaa..aaa… enak sekali, aku mau
melakukannya terusmenerus
denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku
mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar
sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk,
terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May,
punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Muki
yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak
lama kemudian kami sama-sama
terdiam dan masih dalam kehangatan
pelukan. Akhirnya kami mencapai
kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-
sama mengalami kenikmatan yang
tidak bisa diukur.
“May… spermaku sekarang ada di
dalam punyamu.”
“Ia Muk…”
Tidak lama kemudian, Muki
membersihkan cairan spermanya di
vaginaku.
“May, kalo kamu hamil, aku mau
bertanggungjawab.”
“Iya Muk..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di
kamar mandi kami melakukannya
sekali lagi, dan aku mengalami
kenikmatan sampai dua kali. Sekali
keluar pada saat Muki menjilati
vaginaku dan sekali lagi pada saat Muki
memasukkan penisnya ke vaginaku.
Muki pun mengalami hal yang sama.
Sorenya kami melakukannya sekali
lagi. Kali melakukannya berulang kali.
Dan istirahat kami hanya sebentar,
tidak sampai satu jam kami sudah
melakukannya lagi. Benar-benar luar
biasa. Aku pun tidak tahu kenapa
nafsuku begitu bergelora dan tidak mau
berhenti. Kalau dihitunghitung dalam
melakukan hubungan badan, aku
sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau
hanya sekedar diisap oleh Muki hanya
3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar.
Sementara Muki sudah 7 kali.
Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar
dari penginapan. Padahal jika dipikir-
pikir, hanya dalam waktu dua hari saja
aku sudah melepaskan keperawananku
ke seseorang. Dan sampai sekarang
hubunganku dengan Muki bukan
sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat
untuk memuaskan nafsu saja. Dan,
baru kali ini aku bisa merasakan tidur
yang sangat pulas sesampainya di
rumah. Besoknya aku harus sekolah
seperti biasa dan tentunya dengan
perasaan senang dan ingin
melakukannya berkali-kali. Seperti
biasa setiap tanggal 20, aku datang
bulan. Dan kemarin (tanggal 20
Februari 2001) ini aku masih dapat.
Aku langsung menelepon Muki
sepulang dari sekolah.
“Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak
hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali
lagi, kamu mau Muk..”
Dan, ternyata kami bisa melakukannya
di mana saja. Kadang aku mengisap
penis Muki sambil Muki menyetir mobil
yang lagi di jalan tol. Dan setelah
cairan sperma Muki keluar yang
tentunya semua kutelan, karena sudah
biasa, setelah itu tangan Muki
memainkan vaginaku. Kadang juga
sebelum pulang aku tidak lagi mencium
bibir Muki, tapi aku mengisap
kepunyaan Muki sebelum turun dari
mobil, hanya sekitar 2 menit, Muki
sudah keluar. Dan aku masuk rumah
masih ada sisa-sisa aroma sperma di
mulutku. Di tiap pertemuan kami
berdua selalu saling mengeluarkan. Jika
kami ingin melakukan hubungan
badan, biasanya kami menyewa
penginapan dari siang sampai sore dan
hanya dilakukan tiap hari sabtu karena
pada saat itu sepulang sekolah Muki
langsung mengajakku ke penginapan.