Aku yang memang terlihat lugu (aku memakai kacamata), berambut panjang sepunggung dengan penampilan yang selalu rapi. Aku merupakan anak dari keluarga yang berkecukupan, didukung lagi dengan aku yang juga adalah anak semata wayang, jadi aku sangat dijaga oleh kedua orang tuaku. Tetapi kesibukan mereka, yang hampir lebih sering ke luar kota atau bahkan ke luar negeri membuatku kesepian di rumah. Aku hanya ditemani oleh mbakku (pembantuku) saja.
Ceritanya bermulai dari ketika seorang kakak kelas 3 yang seperti sedang menggebetku, badannya cukup atletis, wajanya juga lumayan tampan. Sering menggodaku bersama teman-temannya kalau aku berjalan melewati depan kelasnya. Tentunya aku mereasa malu, karena aku masih adik kelas. Sampai suatu saat akhirnya kami berkenalan. Namanya Andre. Selama 1 bulan terakhir ini kami sering berjalan bareng di sekolah, ke kantin, dan sebagainya. Sepertinya dia menyukaiku, akupun mulai menyukainya, karena perlakuannya yang manis itu. Aku menikmati hari-hariku bersama dia. Saat itu kami belum resmi pacaran, meskipun beberapa orang yang melihatnya pasti mengira kami sudah berpacaran. Akupun bingung, kenapa dia tidak menyatakan kalau dia menyukai aku? Padahal pasti akan aku jawab iya.
Suatu hari, iya mengajakku untuk berkencan di luar. Nonton di bioskop dan sebagainya. Aku menerima ajakannya. Kami hangout sampai sekitar pukul 9 malam, aku sudah harus pulang karena sudah dihubungi oleh ortuku. Andre pun mengantarkanku ke rumah dengan mobilnya. Di penghujung hariku bersamanya ini, aku terkejut dengan tindakan dia yang tiba-tiba saja mencium bibirku. Aku yang kebingungan, entah apa yang harus aku lakukan. Jantungku berdegup kencang, tapi kunikmati saja perlakuan ini, sampai akhirnya perasaan ini terbawa sampai aku tidur.
Keesokan harinya, aku yang masih kepikiran mengenai kejadian tadi malam ingin meminta kejelasan dengan Andre. Aku menghampirinya ke kantin, hingga kemudian ia mengajakku untuk bicara berdua saja di aula depan sekolah. Tapi, yang terjadi adalah bukannya aku mendapat penjelasan, malah mendapat perlakuan yang sama. Lebih parahnya lagi, ia mulai meraba-raba toketku. Aku yang kaget langsung menolaknya. Entah apa yang ada di pikiranku, ini adalah peristiwa yang mengejutkan, aku serasa ingin melakukannya lagi. Tapi apakah ini salah? Pikirku. Aku hanya terdiam, hingga akhirnya Andre melanjutkan perlakuannya dan aku hanya diam saja. Inilah kali pertama aku berciuman seperti ini dengan dia.
Hari-hari berikutnya semakin tambah parah, aku yang awalnya diam saja mulai memberikan perlawanan dengan turut memainkan bibir dan lidahku ketika berciuman. Andre pun aktif meraba-raba tubuhku. Kami sering melakukan ini di ruang-ruang sepi, sampai akhirnya kami juga sering bercumbu di toilet pria sepulang sekolah. Meskipun hanya berciuman dan grepe grepe saja. Hingga tiba saatnya dia memintaku untuk menyentuh kontolnya. Awalnya aku enggan, tetapi bujukannya membuatku tak bisa menolak. Akupun mulai menyentuh kontol untuk pertama kali, rasanya sangat menegangkan.
Semakin hari, kegiatan rutin kami ini semakin meningkat ke level berikutnya, tangan-tangan Andre sudah mulai aktif menjelajahi tubuhku hingga masuk ke dalam seragamku. Aku pun demikian, sering membantu Andre untuk memuaskan nafsu birahinya. Dia sering memintaku untuk men-coli-in dia, terkadang menyepong-in dia, meskipun aku masih ragu untuk menyepong dia. Tapi kami hanya melakukan aktivitas ini sebatas memanjakan kemaluan saja, belum sampai benar-benar ngentot.
Suatu hari, Andre bersemangat sekali mengajakku ke rumahnya. Saat itu, aku juga sedang di waktu kosong. Jadi kuterima saja ajakannya, aku juga sebenarnya tidak ada pikiran apa-apa. Paling ingin melakukan aktivitas seperti itu lagi, pikirku. Tapi apa yang kutemui ketika aku berada di rumahnya yang saat itu tidak ada kedua orang tuanya karena sedang ke luar kota? Terdapat beberapa temannya yang aku rasa bukan teman satu sekolah dengan kami. Kami berkumpul di ruang santai depan televisi. Ngobrol seperti biasa, layaknya baru berkenalan saja. Mereka menanyakan tentang aku, mereka terlihat cukup ramah meskipun agak sedikit genit.
Di tengah obrolan kami, tiba-tiba Andre dan seorang temannya berbisik sambil menghidupkan DVD yang ternyata itu adalah DVD Porno. Aku terkejut, bagaimana bisa aku cewek seorang diri menyaksikan video porno bareng 4 orang cowok ini? Aku bisa malu sekali. Ditambah lagi, terkadang mereka sesekali menggodaku. Sepanjang film, aku menutup mata tapi terkadang mengintip melalui celah-celah jari. Terlihat seorang gadis Jepang sedang dientot dengan bergaya doggy style sambil menyepong kontol cowok lainnya. Aku ngeri membayangkan itu. Hingga di penghuujung film itu, Andre mengajakku untuk berciuman, jelas aku malu karena disaksikan teman-temannya. Tapi ia terus memaksaku, ia menggenggam tanganku dengan keras dan mencium bibirku. Kemudian tangannya juga mulai menjamah daerah toketku. Sekejap ruangan tersebut terkejut. Semua temannya girang, melihat live action seperti ini. Akupun mulai mengeluarkan air mata. Sementara itu, si Andre yang menengok ke arah teman-temannya tertawa menyeringai. Hingga kemudian ia berdiri di hadapanku yang duduk bersila dan membuka celananya memintaku untuk menyepong dia. Aku menolak, tetapi ia menjambakku. Dan teman-temannya menyoraki kami. Sampai akhirnya ia berhasil memaksaku, aku memasukan kontolnya ke mulutku dan mulai mengemutnya. Teman-temannya turut girang menyaksikan ini.
Setelah 5 menit aku menyepong dia, tiba-tiba ia menyuruhku untuk membuka seluruh pakaianku termasuk BH dan celana dalam. Teman-temannya pun turut serta membantu proses menelanjangiku ini. Aku menangis pasrah, aku direndahkan, perkataan mereka yang menyakkitkan telinga itu perlahan membuatku terangsang. Andre juga membiarkan teman-temannya meraba-raba tubuhku. Toketku menjadi sasaran empuk bagi mereka, ada yang menyusu, menjilat putingnya serta meremas-remas dengan gemas. Aku yang tak tahan pun mulai menikimati perlakuan ini. Badanku menggelinjang keenakan. Aku turut mengocok kontol teman-temannya Andre dan sesekali mengemutnya. Awalnya merasa jijik, namun ini sudah harga mati. Aku sudah berada di posisi ini. Sampai akhirnya mereka menyemburkan spermanya di wajahku. Bahkan ada yang di mulutku. Aku terkejut. Ini pertama kalinya aku merasakan sperma di mulutku. Entah sperma siapa itu. Sampai sore mereka mengerjaiiku, hingga kemudian kami bubar sekitar pukul 5 sore karena malamnya orang tua Andre mau pulang.
Kegiatan ini semakin hari semakin rutin dilakukan, entah hanya bersama Andre, ataupun bersama teman-temannya juga. Ini menjadi awal munculnya sifat maniakku. Ini menjadi pengalamanku ditelanjangi oleh kakak kelasku bersama teman-temannya dan memuaskan mereka sampai akhirnya mereka lulus dan kami berpisah karena kebanyakan pindah untuk melanjutkan perguruan tinggi. Awalnya aku berpiikir perempuan macam apa aku ini yang rela diperlakukan seperti itu, tapi kelamaan itu justru membuatku semakin terangsang untuk melakukan hal yang lebh gila. Entah kenapa.